Kamis, 19 April 2012

Kemping 16 April 2012


                           Kempingbroy SMKN 4 Bogor 16 April 2012 @Kujang Raider












                                                 

Kempingbroy SMKN 4 Bogor


                                                 Anggota Kempingbroy SMKN 4 Bogor









Jumat, 13 April 2012

Teknologi Stiker & Smard Card BBM akan Error Jika Disalahgunakan

Jakarta - Saat ini pemerintah memang belum memutuskan akan menggunakan instrumen stiker elektronik (non IT) atau smart card (IT) terkait pembatasan BBM subsidi.

Namun sebagai gambaran, teknologi smart card memiliki proteksi yang tinggi terhadap penyelewengan penggunaannnya terkait pembatasan BBM subsidi.

Dirut Sucofindo Arief Safari mengatakan teknologi smart card pembatasan BBM subsidi tak bisa berfungsi jika disalahgunakan. Sehingga jangan harap, ada pihak yang mencoba memanipulasi teknologi canggih ini.

"Smart card akan ditempatkan di dashboard mobil, di dalamnya ada data informasi kendaraan, termasuk soal penjatahan BBM, apakah harian dan mingguan. Nah, kalau ada yang dicabut akan rusak, jadi prinsipnya sekali tempel kalau dipindahin akan rusak. Ini untuk mengantisipasi disalahgunakan kartu itu," kata Arief kepada detikFinance, Jumat (13/4/2012)

Ia menjelaskan secara umum persiapan teknologi pengendali BBM subsidi baru bisa efektif digunakan untuk kawasan Jabodetabek memerlukan waktu 2-3 bulan. Pihaknya harus menyiapkan pendataan terhadap kendaraan layak susbidi, proses pemasangan.

"Ini tergantung sosialisasi, penyiapannya, kalau infrastrukturnya mendukung, termasuk duduk bersama dengan pemangku kepentingan lain seperti Pertamina. Tapi bisa butuh waktu 6 bulan, kalau infrastruktur belum cukup," katanya.

Arief menambahkan konsep pembatasan berdasarkan kapasitas mesin mobil seperti saat ini yang diwacanakan untuk 1.300 cc ke atas, prinsipnya tak memakai smart card pun bisa dilakukan. Caranya, pelayan SPBU bisa melakukan kontrol secara manual dengan memperhatikan tahun pembuatan atau pun kapasitas mesin kendaraan saat pengisian BBM.

"Kalau secara visual bisa, sepanjang itu bisa dipercaya. Tetapi bagaimana dengan pertanggungjawabannya sebagai bukti, seperti apa memberikan subsidi. Kalau pakai smart card bisa terdata, saat pengisian BBM akan tercatat. Jadi pertanggungan uang subsidi kepada publik lebih jelas," jelas Arief.

Sementara itu Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) A. Qoyum Tjandranegara mengatakan teknologi stiker elektronik atau pun smart card pada dasarnya sama. "Kira-kira sama atau beda-beda tipis saja," kata Qoyum.
sumber : detik.com

Geng Motor Ricuh

Geng motor berpita kuning yang diduga anggota TNI kembali melakukan sweeping. Mereka diduga mencari pelaku yang mengeroyok Kelasi Arifin. Dalam aksinya dini hari ini, Anggi meninggal dunia karena dibacok.

Memulai aksi di Priok berlanjut ke Warakas di Jakarta Utara, geng pita kuning ini bahkan 2 kali menyerbu 7-Eleven di Salemba, Jakpus. 2 Korban berjatuhan yakni Ade Kirmawan dan Robi, pengunjung minimarket yang mengalami luka bacok. Kemudian geng pita kuning yang berjumlah 200-an orang ini kembali ke Priok.

Di tengah perjalanan, 2 anggota konvoi ditembak pengemudi Toyota Yaris putih. 2 Orang itu dirawat di RSPAD dan RS Mintohardjo.

Kadispen TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati membenarkan adanya dua anggota TNI yang tertembak di Jalan Raya Pramuka dini hari tadi. Pihaknya menyerahkan sepenuhnya penyelidikan kasus tersebut ke aparat polisi.

Untung mengatakan penembakan itu terjadi sekitar pukul 02.30 WIB. Disebutkan dia, dua korban luka tembak yakni Kelasi Sugeng Riyadi, anggota Lafial mengalami luka tembak pada telinga kanannya. Korban lainnya yakni anggota Yonif Linud 503 Kostrad Prada Akbar Fidi Aldian, mengalami luka tembak pada dada sebelah kanan dan tembus ke punggung.

Menyikapi kasus geng motor ini, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Untung S Rajab pun sudah menghubungi Panglima Komando Armada Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI Didit Herdiawan dan Kepala Staf TNI AL Laksamana Soeparno.

"Tadi pagi saya telepon KSAL, kemarin juga ke Pangarmabar, kita akan tangani bersama apabila itu dari pihak tertentu, dari TNI kita tindak bersama," jelas Untung.
sumber : detik.com

Senin, 09 April 2012

R.A Kartini

 
Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Biografi

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini bersama suaminya, R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat (1903).
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Surat-Surat
Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.